[fusion_builder_container hundred_percent=”no” equal_height_columns=”no” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” background_position=”center center” background_repeat=”no-repeat” fade=”no” background_parallax=”none” parallax_speed=”0.3″ video_aspect_ratio=”16:9″ video_loop=”yes” video_mute=”yes” border_style=”solid” flex_column_spacing=”0px” type=”flex”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ type=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_color=”” border_style=”solid” border_position=”all” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding_top=”” padding_right=”40″ padding_bottom=”” padding_left=”40″ margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” center_content=”no” last=”true” min_height=”” hover_type=”none” link=”” first=”true”][fusion_text]

Oleh: Alessa Fahira

Penyakit tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi didengar oleh kita. Saat ini, TB menduduki posisi ketiga penyebab utama kematian di Indonesia. Sama halnya dengan flu, penyebaran penyakit ini terjadi melalui udara. Lantas, ketika kamu bertemu dengan orang yang dicurigai menderita TB, apa yang kamu lakukan?

Apakah kamu akan menjauh darinya?

Tidak sedikit yang akan menjawab iya, dan proses penularan yang mudah ini merupakan alasan utama dari stigma yang didapatkan oleh pasien TB.

Berikutnya apakah menurut kamu, pasien TB pantas dijauhi? Bagaimana kalau yang menjadi pasien TB adalah kamu?

Dimana tidak ada satupun orang yang berani mendekatimu,

Bagaimana rasanya?

Stigma yang terjadi pada masyarakat menyebabkan mereka yang disangka menderita TB menjadi terlambat untuk memeriksa dirinya ke layanan kesehatan akibat mengulur waktu pemeriksaan dan tidak patuh terhadap pengobatan.

Maka dari itu, kita harus bantu untuk Temukan TB dan Obati Sampai Sembuh (TOSS TB).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang TB:

Gejala TB diawali dengan batuk berdahak yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. Gejala tambahan yang dapat muncul adalah adanya dahak yang bercampur dengan darah, sesak nafas, lemas, nafsu makan dan berat badan menurun, dan berkringat pada malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan fisik yang juga dapat didampingi dengan demam meriang selama lebih dari satu bulan.

Batuk pada pasien TB pada anak (0-4 tahun) bukan lah gejala utama dari TB. Biasanya TB pada anak ditandai dengan batuk yang berlangsung selama 3 minggu atau lebih, berat badan yang tidak naik, nafsu makan kurang, demam berulang selama 2 minggu atau lebih, dan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening pada leher, ketiak, dan pangkal paha.

Gambar 1. Gejala TB

Sumber. http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-2016-TB.pdf.

Apabila kamu bertemu dengan orang disekitarmu yang memiliki gejala tersebut, anjurkan mereka ke layanan kesehatan dan awasi pengobatannya hingga sembuh. Terkadang, stigma yang ada dapat menghambat proses penyembuhan dari mereka yang terkena TB.

Di layanan kesehatan, pasien akan dipastikan apakah dia terkena TB melalui pemeriksaan dahak 3 kali SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), yaitu ketika pertama kali kunjungan ke layanan kesehatan (sewaktu), saat bangun pagi sebelum makan dan minum (pagi), dan ketika mengantar dahak pagi ke layanan kesehatan (sewaktu).

Pasien TB juga harus menjalani pengobatan hingga tuntas, sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh dokter. Biasanya pengobatan akan berlangsung 6-8 bulan. Pembuangan dahak tidak boleh di sembarang tempat, selalu menutup mulut saat batuk, bersin dan tertawamenggunakan tisu dan buanglah di tempat yang tertutup. Dan apabila pasien mengonsumsi obat dengan benar, maka risiko menular akan hilang sehingga pasien juga boleh beraktifitas biasa seperti pergi ke sekolah dan tempat kerja

Mengertilah, bahwa kepedulianmu terhadap mereka yang menderita TB, mencerminkan kepedulianmu terhadap diri sendiri.

Mari kita bersama membantu, Temukan TB, dan membantu mereka untuk mengikuti, Pengobatan Sampai Sembuh

Daftar Acuan:

  1. Macq J, Solis A, Martinez G. Assessing the stigma of tuberculosis. Psychology, health & medicine. 2006 Aug 1;11(3):346-52.
  2. Courtwright A, Turner AN. Tuberculosis and stigmatization: pathways and interventions. Public health reports. 2010 Jul 1;125(4 suppl):34-42.
  3. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Tuberkulosis: Temukan TB Obati Sampai Sembuh [internet]. 2016. [cited 24 March 2017]. Available from: http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-2016-TB.pdf.
  4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Kader: Program Penanggulangan TB 2009.

[/fusion_text][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]