Meet Our Inspiring Senior 2nd Ed
Alvian Putra Adhitama, S.Ked.
(Vice Local Coordinator for External Affairs CIMSA UI 2015/2016, Liaison Officer for Non Governmental Organization CIMSA 2016/2017)
Halo Kak Vian! Apa kesibukan Kakak saat ini selagi menunggu PLD?
Gue sekarang lagi magang di Dekanat FKUI. Saat ini, gue tugasnya membantu Prof. Ari (dekan FKUI—red) dalam menyiapkan konten presentasi, menulis notulensi rapat, dan membantu kesibukan beliau lainnya.
Wah okay, Kak! Dulu, apa motivasi Kak Vian daftar CIMSA?
Dulu gue diajak oleh senior gue, Kak Denisa (PC CIMSA UI 2013-2014, PDD CIMSA 2014-2015, RnDD CIMSA 2015-2016—red), yang satu SMA dengan gue. Dia mempromosikan CIMSA dengan menyatakan bahwa banyak potensi untuk berkembang di sini. Gue yang saat itu tidak memiliki arahan sama sekali akhirnya mulai mencari tahu tentang CIMSA. Gue kemudian tertarik setelah tahu bahwa CIMSA mempunyai organisasi nasional dan ada organisasi yang sama di universitas lain—menandakan banyak kesempatan untuk bertemu orang lain.
Apa motivasi Kakak daftar menjadi Vice Local Coordinator for External Affairs (VLE) CIMSA UI?
Awalnya gue tidak memiliki gambaran jelas tentang apa yang gue harus lakukan di CIMSA, tetapi akhirnya gue memutuskan untuk menjadi ketua First Project. Kali itu merupakan pertama kalinya gue mengetuai suatu acara bakti sosial yang cukup besar. Awalnya, gue tertarik menjadi Project Coordinator. Namun, ada yang menyarankan gue untuk mendaftar jadi VLE saja karena gue komunikatif dan jago ngomong. Akhirnya gue menjalani proses kandidaturan sebagai calon VLE. Persiapan tersebut membuat gue sangat terbuka dengan CIMSA—karena mewawancarai senior, predecessor, dan VLE dari berbagai lokal lain. Gue jadi sadar bahwa CIMSA adalah sesuatu yang besar banget. Di saat itu, gue langsung ambis untuk menjadi VLE. Kemudian, gue plot selama VLE apa saja yang harus gue lakukan agar bisa menjadi batu loncatan ke nasional.
Wah, bagaimana dari VLE menjadi pengurus nasional, Kak?
Saat gue jadi VLE, gue tidak mengangkat eksternal lokal. Namun, gue mengangkat diri gue sendiri. Kerja VLE di Jakarta ada dua: (1) mengurus eksternal CIMSA UI dan (2) menjadi perpanjangan tangan eksternal CIMSA Nasional. Gue selalu memprioritaskan waktu gue untuk tugas yang nomor dua. Ketika CIMSA Nasional diundang ke acara WHO dan acara-acara dengan pihak eksternal lainnya gue sering ikut nampang. Mungkin VLE lokal lain yang di Jakarta datangnya hanya sesekali, tetapi gue hampir selalu ada di setiap acara, gue selalu memaksakan untuk datang. Gue juga orangnya bukan tipe yang mendengarkan kuliah. Hal itu membuat gue kenal officials-officials nasional dan disarankan langsung untuk menjadi official CIMSA nasional. Gue menjadi merasa bahwa ambisi tersebut tercapai.
Mungkin kesalahan gue adalah gue kurang mengangkat eksternal CIMSA UI. Waktu itu, kerja sama eksternalnya adalah dengan RTC UI—membuat konten tentang posisi duduk dan beberapa isu kesehatan. Selain itu, gue juga bekerja sama dengan beberapa pihak sebagai sponsor untuk project World Diabetes Day (WDD). Gue jadi sadar bahwa bekerja sama dengan sponsor sangat menguntungkan. Lalu, di Februari gue mulai sibuk menyiapkan diri menjadi official nasional.
Di antara banyak posisi eksternal, kenapa memilih Liaison Officer for Non Govermental Organization (LO NGO), Kak?
Setelah gue menelaah posisi-posisi yang ada di struktur kepengurusan CIMSA nasional, gue sangat enjoy making connections. Gue suka berkenalan dengan banyak orang dan mempromosikan CIMSA. Sementara itu, VPE merupakan jabatan yang sangat struktural. Selain menghadiri undangan, VPE turut mengurusi Renstra (Rencana Strategis CIMSA), permasalahan-permasalahn sebagai Executive Board (EB), dan ekspansi lokal. Gue belum mau turut bekerja menghadapi masalah EB dan urusan ekspansi, apalagi lokal-lokal baru yang meminta bantuan untuk audiensi ke dekanat dan rektornya. Menurut gue, pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang berat dan bukanlah sesuatu yang gue kejar.
Selama gue aktif mengikuti acara eksternal di Jakarta, gue lebih suka bertemu organisasi-organisasi kecil dibanding menghadiri rapat suatu menteri. Gue suka bertemu organisasi sipil yang “masyarakat banget”, bukan struktural seperti pemrrintah dan institusi seperti universitas. Misalnya gue suka ketemu organisasi yang peduli climate change dan gue bisa mengobrol tentang banyak hal ke organisasi tersebut. Kemudian gue sadar bahwa tempat gue adalah LO NGO. Selain itu, kandidat VPE waktu itu sangatlah bagus dalam posisi sebelumnya—VLE di lokalnya—dengan rapor nasional yang semuanya hijau. Gue mau jadi bawahan seseorang yang capable sebagai VPE untuk berkoordinasi dengan NGO.
Bagaimana rasanya ikut General Assembly di May Meeting sebagai calon official?
Sangat deg-degan. Lucunya, waktu itu gue ketinggalan flight ke Semarang, jadi tambah deg-degan. Sesaat gue sampai, ada Fit and Proper Test (FPT) yang tidak mudah dan sesi tanya jawab mengenai statuta. Selain itu, saat sidang, gue harus meyakini sekitar 21-22 lokal CIMSA untuk memilih gue. Saat itu gue kandidat tunggal. Menurut gue, kandidat tunggal itu pressure-nya lebih tinggi, berbeda dengan kandidat yang jumlahnya dua atau lebih. Kalau lebih dari satu, pasti akan saling dibandingkan. Namun, kandidat tunggal itu pasti akan dibandingkan dengan predecessor-nya atau orang lain yang dinilai pantas menempati posisi tersebut. Setelah itu, gue melewati presentasi, voting, dan akhirnya dinyatakan sebagai LO NGO.
May Meeting merupakan meeting nasional yang paling membosankan untuk member, tetapi rollercoaster untuk calon official CIMSA nasional. Ada ekspektasi yang membebani kamu.
Bagaimana pengalaman Kakak selama menjadi LO NGO / Official CIMSA Nasional?
Selama menjadi pengurus nasional, gue merasa pekerjaannya cukup tumpang tindih—apalagi saat mengurus meeting nasional. Gue mengurus meeting nasional tidak hanya bertugas sebagai LO (dan berkoordinasi dengan NGO—red), tetapi juga menjadi panitia berbagai mata acara di dalamnya. Dulu di zaman gue, meeting nasional kurang ditekankan dan mengurusnya cukup berat. Selain itu, gue sebelumnya tidak pernah terbayang bagaimana mengurus meeting nasional—betapa lelahnya, kompleksnya, dan masalah-masalah lainnya. Namun, meeting nasional selalu menjadi momen yang seru karena menjadi ajang besar tempat berkumpul semua lokal CIMSA. Gue merasa bahwa ini hasil jerih payah pengurus nasional dan panitia dari lokal yang menjadi host—ada rasa bangga yang timbul. Apalagi jika meeting nasional berjalan dengan sangat lancar, rasanya akan sangat lega. Selain menjadi panitia, tugas LO NGO juga banyak di meeting nasional karena banyak parallel session (sesi yang bersifat mengembangkan wawasan member CIMSA, umumnya pembicara dari pihak eksternal—red). Waktu October Meeting, gue handle 6 undangan untuk beberapa standing committee seperti SCORA. Saat pekerjaan gue sebagai LO NGO dan panitia meeting nasional berjalan dengan baik, gue merasa kepercayaan diri gue meningkat dengan pesat.
Ketika lokal memiliki mimpi yang sangat besar, pasti ada masanya mimpi tersebut mentok dengan nasional. Contoh mudahnya adalah kerja sama dengan kementerian harus melewati LO GO. Sementara itu, menurut gue, pengurus nasional itu memiliki kebebasan yang jauh lebih banyak. Misalnya, gue bertemu WWF saat sedang jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Gue bisa langsung mengajak WWF mengobrol tentang banyak hal sembari menyodorkan kartu nama CIMSA dan menjelaskan rancangan CIMSA selama setahun. Pengalaman lainnya adalah ketika Aksi Cepat Tanggap (ACT) bekerja sama dengan CIMSA dan ingin menyalurkan dana berjumlah besar untuk community development CIMSA. Gue bertugas mempresentasikan community development tersebut di depan mereka. Menurut gue, kesempatan tersebut membuat gue merasa impactful.
Bagaimana lingkungan kerja sama sebagai official CIMSA nasional?
Kesannya adalah gue bekerja sama sebagai tim yang dituntut memiliki profesionalisme tinggi, sedangkan kita tidak sering bertemu. Kita mungkin hanya bertemu saat Team of Officials Meeting (TOM), sekitar 2-3 bulan sekali pertemuan tersebut harus cukup untuk menceritakan banyak hal yang telah dilewati. Hal tersebut membuat kita lebih mudah burnout, rasanya tidak ada orang-orang di samping yang dapat mendorong kita saat lelah—terkadang, rasanya seperti jalan sendiri. Tantangannya memang burnout, tetapi pengalaman sebagai official nasional sangat worth it.
Setelah lengser sebagai LO NGO, apakah ada pikiran untuk lanjut maju IFMSA atau masih ngeCIMSA?
Saat gue akan turun, CIMSA bekerja sama dengan NGO untuk sebuah acara yang berskala besar dan internasional (Asia Pasifik). Gue menjadi Project Officer acara tersebut. Gue merasa cukup kesulitan saat menjadi ketua acara tersebut karena gue tidak terbiasa mengoordinasi orang lain, terlebih orang-orang tersebut berada di luar Indonesia. Selain itu, gue merasa lebih baik mengerjakan sendiri. Hal tersebut menyebabkan banyak hal yang gue kerjakan sendirian dan transparansi progress tidak baik. Ternyata, hal tersebut karena gue tidak bisa mengarahkan dengan baik dan gue sempat mengalami demotivasi. Hal tersebut menyadarkan gue bahwa ini adalah waktu untuk berhenti. Setelah May Meeting 2016, official CIMSA nasional banyak membantu dan alhamdulillah acara tersebut berjalan dengan lancar. Gue memutuskan untuk sudah berhenti di saat itu—sudah tercapai hampir semuanya yang gue ingin dapatkan. Gue juga memutuskan untuk mementingkan koas agar selesai koas tepat waktu. Namun, gue akan tetap terbuka pada ajakan training.
Kak, menurut Kakak apa saja manfaat bergabung dengan CIMSA?
- Project banget
Di CIMSA, kita belajar bahwa ketika melihat masalah, kita merancang intervensi yang sesuai secara nyata. Hal tersebut berguna ketika turun langsung ke puskesmas dan gue mengerti dengan jelas tujuan setiap intervensi.
- Lebih berani dan percaya diri
Saat gue di SMA, gue hanya a typical normal highschool student saja. Gue tidak mempunyai kemampuan persuasi, training, skill komunikasi di depan orang banyak. Setelah aktif di CIMSA, gue bisa persuasi orang lain untuk kerja sama dan hal-hal lainnya. Selain itu, gue merasa lebih percaya diri.
- Merasa bangga
Ketika bertemu dokter-dokter dan residen di FKUI yang merupakan alumni CIMSA, gue langsung menyapa. Apalagi apabila alumni tersebut official CIMSA nasional, gue bisa menyapa langsung dengan, “Dulu pengurus nasional ya Kak?”. Hal tersebut cukup membanggakan—bisa berkenalan dan bertemu dengan orang-orang yang berkarya di CIMSA.
- Bertemu banyak orang
Gue bisa bertemu banyak orang selain orang-orang di FKUI. Di CIMSA, terutama saat meeting nasional, kita bisa sharing banyak hal—dari mengobrol tentang fakultas kedokteran masing-masing, sampai belajar bersama. Gue menjadi punya banyak kenalan, apalagi di CIMSA nasional. Menurut gue pribadi, gue merasa gue bisa mengobrol dengan siapa saja. Gue juga mengagumi CIMSA yang lokal-lokalnya all out—seperti UNAND dan UNAIR—dalam melaksanaan aktivitas.
Apakah ada pesan untuk member CIMSA, Kak?
Majulah ke nasional! Kalau kamu officials ataupun member seekalipun, maju saja. Banyak pengurus yang dari member biasa—banyak member yang ingin merasakan CIMSA secara lebih. Salah satu kelemahan FKUI menurut gue adalah organisasinya terlalu banyak dan mahasiswanya terlalu aktif, minimal 2 organisasi. Menurut gue, memilih prioritas organisasi adalah pilihan masing-masing, tetapi saran gue adalah CIMSA membuka banyak sekali potensi. Ketika kamu memilih untuk masuk CIMSA, kamu harus tahu bahwa pengalaman di CIMSA akan lebih banyak dari organisasi lain. Kalau ingin berkembang lebih lanjut, ambil jalur CIMSA dan maju terus sampai nasional, termasuk National Committee. Hal tersebut akan mengangkat kemampuan kamu. Kamu harus berani mengambil peluang.
Saran gue adalah jika organisasi yang kamu ikuti hanya CIMSA dan tidak ingin menjadi mahasiswa FK biasa, kejar CIMSA. Kalau memang dua organisasi atau lebih, pilih dari sekarang organisasi mana yang mau dikejar—pilih fokusmu dimana. Apabila memprioritaskan CIMSA, prioritas tersebut harus diberitahu ke orang-orang lain agar keyakinan kamu juga tidak goyah. Namun, kalau memang prioritas kamu bukan CIMSA, kamu harus bisa excel di organisasi lain tersebut.
Preklinik merupakan zamannya bereksperimen. Preklinik merupakan waktunya gagal dan bangkit lagi. Perbanyak pengalaman di preklinik, ya!