[fusion_builder_container hundred_percent=”no” equal_height_columns=”no” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” background_position=”center center” background_repeat=”no-repeat” fade=”no” background_parallax=”none” parallax_speed=”0.3″ video_aspect_ratio=”16:9″ video_loop=”yes” video_mute=”yes” border_style=”solid” flex_column_spacing=”0px” type=”flex”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ layout=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_color=”” border_style=”solid” border_position=”all” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding_top=”” padding_right=”30px” padding_bottom=”” padding_left=”30px” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” center_content=”no” last=”true” min_height=”” hover_type=”none” link=”” first=”true”][fusion_text]

Depresi adalah gangguan mood dimana seseorang merasakan kesedihan yang mendalam dan kehilangan minat terhadap suatu hal yang disukainya. Gejala seseorang dengan depresi diantaranya merasakan kekosongan dalam dirinya, kelelahan yang berlebihan, kehilangan motivasi untuk melakukan kegiatan, perasaan bersalah, perubahan nafsu makan, perubahan pola tidur, perasaan kekurangan energi, sulit membuat keputusan, hingga sering memikirkan kematian dan bunuh diri.1

Depresi merupakan gangguan mental yang sangat umum terjadi. Secara global, lebih dari 264 juta orang dari segala usia menderita depresi dengan angka penderita depresi wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. Tingginya angka penderita depresi ini diperparah dengan fakta bahwa setiap tahunnya sekitar 800.000 orang meninggal dunia akibat bunuh diri karena depresi. Berdasarkan data WHO, bunuh diri merupakan penyebab utama kedua kematian pada usia 15-29 tahun.2 Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi depresi dengan umur diatas 15 tahun mencapai 6,1% atau setara dengan 16 juta penduduk. Selain itu, kenyataan bahwa hanya 9% penderita depresi yang menjalani pengobatan medis perlu menjadi perhatian khusus.3

Kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini menjadi tantangan bagi setiap orang, dampaknya pun dapat dilihat di berbagai bidang. Salah satunya dari sisi psikologis, pandemi Covid-19 dapat dapat memicu stres yang sangat berat bagi beberapa orang. Stres muncul karena adanya ketakutan akan kesehatan diri sendiri dan orang-orang yang disayangi, ketidakjelasan akan pekerjaannya, adanya perubahan pola makan dan tidur, serta peningkatan penggunaan rokok dan/atau alkohol.4 Berdasarkan data swa periksa terhadap 2364 responden yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, sebanyak 69% masyarakat mengalami masalah psikologis pada era pandemi Covid-19 dengan 67%nya memiliki gejala depresi.5

Maka dari itu, penting untuk tetap menjaga kesehatan mental kita dengan membuat diri kita sendiri, orang-orang yang kita sayangi, serta komunitas menjadi lebih kuat. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental selama masa pandemi Covid-194 :

  • Mengonsumsi makanan bergizi,
  • Menghindari konsumsi alkohol
  • Hindari konsumsi makanan bergula tinggi,
  • Tidak merokok
  • Minum air putih yang banyak
  • Tidur dengan cukup; kegiatan tsb bermanfaat karena dapat mendukung kekebalan tubuh, mengolah stres, dan mengatur emosi
  • Berolahraga yang cukup dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan
  • Menjaga komunikasi dengan sesama supaya tidak terputus akan dunia luar; berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan orang lain melalui media sosial atau telepon
  • Hindari berita-berita mengenai pandemi dari sumber yang tidak terpercaya
  • Tetap rutin beribadah dengan memperhatikan protokol kesehatan
  • Melakukan meditasi untuk menenangkan pikiran
  • Beri perhatian terhadap kesehatan mental Anda, jika mulai merasa stres berlebihan maka carilah wadah yang tepat agar kita dapat meluapkan rasa stres tersebut, entah mencari hobi atau melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak dapat dilakukan.
  • Beristirahat sejenak dari menonton, membaca, atau mendengarkan berita-berita mengenai pandemi yang dapat membuat stress.4

Kampanye dan pembicaraan terkait kesehatan mental sudah semakin gencar diadakan. Namun, beberapa orang masih memiliki persepsi yang salah terhadap masalah ini, sehingga seringkali muncul miskonsepsi. Miskonsepsi atau salah pemahaman dapat menimbulkan dampak buruk bagi diri kita maupun orang lain misalnya kita menjadi lebih mudah self diagnose, keliru dalam memperlakukan orang dengan masalah kesehatan mental, dan lain-lain. Berikut ini dibahas beberapa klarifikasi untuk miskonsepsi terkait depresi 6,7:

  1. Depresi itu jarang terjadi dan tidak akan terjadi pada diriku
    Depresi bisa terjadi pada siapa saja dari jenis kelamin apapun, ras apapun, dan pada usia berapapun. Bahkan, 121 juta orang di dunia depresi dan merupakan salah satu masalah kesehatan mental terbesar.
  2. Depresi itu tanda bahwa kamu itu lemah
    Depresi bukanlah tanda orang yang lemah melainkan suatu kondisi medis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak dan dapat diobati, sama saja seperti asma dan diabetes.
  3. Depresi itu hanya sementara dan bisa hilang sendirinya
    Depresi biasanya tidak dapat sembuh sendiri, dibutuhkan pengobatan dan dukungan. Tanpa diobati, gejala depresi bisa menjadi lebih parah.
  4. Hidup kamu kan bahagia, masa bisa depresi?
    Kejadian traumatik memang merupakan salah satu pemicu depresi, namun juga bisa disebabkan oleh hal lain seperti bawaan genetik dan keseimbangan zat kimia pada otak.
  5. Depresi itu sama saja dengan sedih
    Berbeda dari kesedihan biasa, depresi biasanya tidak dapat hilang dengan sendirinya. Orang yang depresi juga merasakan berbagai emosi selain kesedihan seperti cemas, tegang, kosong, dan berbagai perasaan negatif lainnya.
  6. Depresi hanya terjadi pada wanita
    Depresi dapat terjadi pada pria dan wanita, tidak hanya wanita saja. Akan tetapi, depresi pada pria kurang diketahui jumlahnya karena kebanyakan penderitanya tidak mencari bantuan kepada profesional dan cenderung memendam sendiri karena takut dianggap lemah dan tidak maskulin.
  7. Depresi bukanlah masalah medis yang nyata
    Depresi telah diakui keseriusannya dan dinyatakan sebagai suatu penyakit medis yang nyata. Walaupun belum ada penelitian pasti yang menyatakan penyebab-penyebab pasti depresi, diketahui bahwa faktor genetik, faktor biologi, dan faktor lingkungan memiliki peran yang besar pada perkembangan penyakit ini. 6,7

Referensi:

  1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Synopsis of psychiatry behavioural sciences/clinical psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2015
  2. Depression [Internet]. World Health Organization; 2020 Jan 30 [cited 2020 Sep 6]. Available from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/depression
  3. Schiller Y, Schulte-Körne G, Eberle-Sejari R, Maier B, Allgaier AK. Increasing knowledge about depression in adolescents: effects of an information booklet. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol [Internet]. 2014 [cited 2020 Aug 14];49:51-58. Available from: https://link.springer.com/article/10.1007/s00127-013-0706-y
  4. Holingue P, Fallin MD, Kalb L, Nestadt P, Stuart E. Protecting your mental health during the coronavirus pandemic [Internet]. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. 2020 Apr 8 [cited 2020 Sep 6]. Available from: https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/protecting-your-mental-health-during-the-coronavirus-pandemic.html
  5. Infografik swaperiksa cemas depresi pdskji [Internet]. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. 2020 April 23 [cited 2020 Aug 14]. Available from: http://pdskji.org/home
  6. UnityPoint Health. 10 common myths & misconceptions about depression [Internet]. Des Moines; 2018 Jun 18 [cited 2020 Sep 7]. Available from: https://www.unitypoint.org/desmoines/article.aspx?id=a655c7e2-fe37-4817-887b-c762ff455b23
  7. Back to Campus. Do you know the facts? breaking down the myths about depression. Mental Health America; [cited 2020 Sep 7]. Available from: https://mhanational.org/sites/default/files/Breaking_Down_the_Myths_About_Depression.pdf

[/fusion_text][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]