Pada hari Senin, 26 Agustus 2019, Alumni and Senior Team mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai salah satu senior CIMSA UI yang inspiratif. Ia bernama lengkap Yoga Arifsyah Hidayat. Kak Yoga adalah mantan Local Coordinator CIMSA UI pada tahun 2017/2018 yang kini masih menjabat sebagai Regional Coordinator (RC) for Region 3 CIMSA 2018/2019.

Apa kesibukan Kak Yoga sekarang?

Di akhir semester ini, sama seperti FKUI angkatan 2015 yang lain, saya sedang menjalani Ko-Assisten (Koas) tahun pertama di stase mayor terakhir. Kebetulan sedang stase Obsgyn. Menjalani Koas sekaligus menjabat sebagai RC Region 3, harus juga membagi fokus dengan pekerjaan dari CIMSA Nasional. Sebagai RC Region 3, saya bertanggung jawab atas keempat lokal yang ada di region 3. Hal tersebut dilakukan melalui meeting baik secara langsung maupun online. Di pertemuan-pertemuan tersebut, saya bisa dapat berbagai perkembangan, kabar maupun masalah yang ada pada lokal-lokal di Region 3. Komunikasi secara sustain juga dijalin dengan CIMSA Nasional.

Apa yang menjadi pemicu Kak Yoga untuk aktif di CIMSA UI?

Pertama terinspirasi menjadi agen perubahan CIMSA UI adalah ketika mengikuti National Meeting untuk pertama kalinya di NLS 2017. Di sana, saya melihat bagaimana acara tersebut dibuat secara terstruktur dan rapih. Saya juga melihat bagaimana Team of Officials CIMSA Nasional mempunyai tugas yang spesifik dengan tanggung jawab yang berat layaknya jabatan tinggi di sebuah organisasi berskala nasional pada umumnya. Hal tersebut cukup berbeda dengan keadaan CIMSA UI pada saat itu yang masih belum maksimal dalam menerapkan standar pada setiap struktur kerjanya.

Apa saja suka dan duka yang telah Kak Yoga alami saat menjadi Local Coordinator CIMSA UI?

Wah, banyak banget cerita. Saya dapat berbagai keterampilan berharga selama menjabat sebagai Local Coordinator CIMSA UI. Contohnya, dari saya yang dulunya introvert dan pemalu, sekarang menjadi lebih percaya diri. Banyak sekali kesempatan sebagai LoCo untuk bisa bicara di depan officials yang semuanya orang-orang skillful, di depan members CIMSA yang jumlahnya sangat banyak, dan bahkan di depan pejabat-pejabat WHO, Kementerian Kesehatan, Bappenas, dan banyak organisasi keren lainnya ketika menghadiri external meeting.

Kesempatan untuk membuat perubahan di CIMSA juga menjadi hal yang sangat saya sukai. Ketika diberi amanah untuk menjadi Local Coordinator CIMSA UI, saya mencoba untuk menerapkan cukup banyak perubahan sistem, terutama pada bidang internal. Sebagai contoh, saya mendobrak performa officials yang kala itu kurang konsisten dengan merutinkan meeting setiap pekan untuk mengetahui kabar dan perkembangan setiap officials. Saya juga menginisiasi perombakan ruang CIMSA disertai dengan jadwal piket teratur yang belum pernah ada sebelumnya walaupun masih banyak ketidakdisiplinan piket saat itu. Masih banyak perubahan lainnya yang saya terapkan seperti meng-enhance sistem kaderisasi newcomers dengan memastikan trainer-trainer nasional untuk memberikan materi training, membuat fit and proper test untuk standardisasi kompetensi kandidat officials, dan menganalisis beban kerja untuk dasar eliminasi members.

Masih banyak lagi hal-hal yang disukai seperti mendapat kesempatan dan kemampuan untuk memberikan ilmu lewat training ke lokal-lokal CIMSA, mendapatkan banyak teman baik seangkatan maupun orang-orang keren dari berbagai organisasi kesehatan, pokoknya banyak deh!

Walaupun mendapatkan berbagai pengalaman dan keterampilan, duka pun ada ketika menjabat pada posisi ini. Sehari-hari, dia harus memecahkan berbagai permasalahan yang timbul silih berganti. Waktu juga menjadi hal utama yang dikorbankan, terutama waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan bersenang-senang. Uniknya, dengan bertambahnya kesibukan, Kak Yoga merasa berkembang dalam hal manajemen waktu sehingga bahkan menjadi lebih fokus terhadap akademisnya.

Adakah hal spesial yang Kak Yoga dapatkan selama jadi member CIMSA UI?

Saya merasa bahwa kepedulian terhadap kesehatan masyarakat dan kreativitas untuk mencari jalan keluar dari masalah adalah hal spesial yang hanya bisa ia dapatkan di CIMSA UI. Sebagai member CiMSA, saya telah melihat berbagai hal secara nyata di masyarakat: Diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), gaya hidup masyarakat yang kurang sehat, ketertarikan para ibu untuk merawat anaknya dengan lebih baik, antusiasme seorang mahasiswa kedokteran dari karibia yang berkunjung ke Indonesia, kesulitan para tuna rungu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan banyak hal menarik lainnya. Itu semua menjadikan CIMSA sebagai tambang empati, mengajarkan untuk menganggap masyarakat­—nantinya pasien di kehidupan kedokteran—sebagai manusia. Kemampuan memanusiakan manusia itulah yang sangat penting di kehidupan kita nantinya dan saya sangat berharap kalian semua para members CIMSA dapat merasakan hal yang sama.

Apakah ada pesan yang ingin Kak Yoga sampaikan kepada member CIMSA UI?

“Yang membuat batasan bagi hidup kalian adalah diri kalian sendiri. Jika tekun dan niat, pasti dunia ini akan membantu.”